Selasa, 27 Desember 2005

Tutut Berniat Beli Kembali TPI

AJI INDONESIA - Siti Hardijanti Rukmana (Tutut) berniat membeli kembali obligasi konversi yang diterbitkan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan kini dipegang PT Berkah Karya Bersama.

JAKARTA -- Siti Hardijanti Rukmana (Tutut) berniat membeli kembali obligasi konversi yang diterbitkan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan kini dipegang PT Berkah Karya Bersama. Melalui pembelian obligasi konversi itu, Tutut akan kembali menguasai saham TPI.

"Klien kami (Tutut) sebenarnya pernah mengajukan penawaran untuk membayar kembali obligasi TPI pada awal 2005," ujar kuasa hukum Tutut, Harry Ponto, kepada Tempo kemarin (bukan Harry Lontoh, seperti ditulis Koran Tempo edisi Senin, 26/12).

Namun, kata dia, Berkah menolak tawaran tersebut dengan cara melarang Tutut melakukan uji tuntas (due diligence) terhadap kinerja TPI. Padahal, kata Harry, putri pertama bekas presiden Soeharto itu sudah menyiapkan dana sekitar Rp 630 miliar untuk membayar utang-utangnya yang diambil alih oleh Berkah, ditambah biaya investasinya. "Sekarang pun Tutut siap membayar kembali."

Lantaran niatnya terganjal, Tutut tak bisa mengendalikan televisi yang didirikannya itu. Langkahnya menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa pada 17 Maret belum diakui oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sebaliknya, rapat umum pemegang saham yang digelar PT Berkah pada 18 Maret justru diakui departemen tersebut.

Kamis, 17 November 2005

Tayangan Cabul, KPI Peringatkan Trans TV

DETIK - Protes masyarakat atas tayangan cabul dan vulgar ditanggapi KPI. Lembaga negara itu memperingatkan Trans TV atas 3 tayangan cabulnya.

Tiga tayangan Trans TV yang mendapat sorotan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah Komedi Nakal, Fenomena Plus dan Ketawa Ala Trans TV. Walau ditayangkan malam hari, ketiga tayangan tersebut dianggap mendorong dan membenarkan perilaku seks bebas dan melecehkan norma agama.

Sebagai contoh, divisi pemantauan KPIP telah merekam Komedi Nakal episode 12 November 2005. Bukan hanya gambar yang terlihat vulgar, perbincangan antara pemeran di tayangan tersebut juga mengandung unsur cabul. Contohnya, "Mbak, saya ingin mengagumi kecantikan Mbak yang membuat celana dalam saya sempit." Kemudian wanitanya menjawab, "Emang ukuran Mas berapa sih, kok bisa sempit?"

Hal serupa juga terdapat dalam tayangan Fenomena Plus dan peristiwa kemben melorot di Ketawa Ala Trans TV. Menurut KPI, seharusnya stasiun TV bisa mengantisipasi kejadian semacam itu, misalnya pakaian yang dibuat pas sehingga kemungkinan melorot sangat kecil.

Jumat, 21 Januari 2005

TPI Dobrak 'Jawanisasi televisi' Jadikan Televisi 'Indonesiana'

KAPAN LAGI - Wakil Direktur Utama stasiun Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Artine S. Utomo mengatakan program televisi kebanyakan mengangkat kehidupan sosial budaya masyarakat di Jawa, yang disebutnya sebagai 'Jawanisasi televisi'.

"Karenanya TPI akan mencoba mendobraknya dengan memasukkan program unggulan dari daerah lain di Indonesia," katanya di Jakarta, Selasa.

Menurut Artine, untuk mendukung upaya tersebut pihaknya dalam 1-2 bulan ke depan akan menambah stasiun transmisi dari 18 (Jakarta, Bandung, Garut, Cirebon, Semarang, Surabaya, Madiun, Banda Aceh, Medan, Batam, Makassar, Palu, Yogyakarta, Denpasar, Padang, Lampung dan Palembang) menjadi 26.

"Saat ini kami sudah punya 18 stasiun transmisi, dan dalam waktu 1-2 bulan ini akan ditambah menjadi 26, termasuk di Jawa, Kalimantan, Sulawesi. Kami juga sedang menyiapkan untuk di wilayah Indonesia Timur," ungkapnya.